Powered By Blogger

Wednesday, November 2, 2011

Kata Mereka

Di suatu pagi yang mendung, beberapa seorang siswa cowok kelas IX sedang hebohnya menggosip tentang seorang anak cewek yang cantik dan seksi. Mereka adalah Rizki, Robi, Dimas dan Oji.
"Heh coy, anak cewek ada yang bohai broooo," ujar Robi saat istirahat.
“Sedaaaaaaapp… Kenalin ke gue dong,” Oji langsung ngiler.
“Gue juga, gue juga!” Sergah lainnya.
“Woles…” jawab Robi tersenyum licik.

'''

“Ness, kok diam aja? Ada apa? Cerita dong,” tanya Ica yang duduk di belakang Nessa yang sedang melamun.
“Hah? Oh, enggak, nggak papa,” jawab Nessa datar sambil tersenyum ramah. Ica mengangguk mengerti.
            Beberapa hari kemudian, Nessa mulai merasa tidak nyaman dengan posisinyatahun ajaran baru ini. Ia merasa sekarang lebih sering dibicarakan di belakang oleh teman-temannya. Pada suatu hari, ia mendengar sedikit percakapan temannya saat jam pelajaran kosong.
“Sebel gue sama Nessa,” seorang cewek berkacamata memulai percakapannya.
“Sama, gue juga. Masa cowok gue mutusin gue gara-gara itu tuh! Si JBL!!” cewek berkuncir satu itu mendelik sedikit kearah Nessa, berjaga-jaga agar Nessa tidak mendengar.
“Iya, lihat aja badannya, ish… kalo dia lagi jalan, gue jijik banget. Masa jalannya dia busungin ke depan gitu dadanya. Najis, apa banget tau gak sih?!” ucap cewek satunya sedikit emosi.
Nessa yang mendengarnya, masih berusaha sabar dan tidak panas. Ia tahu posisinya saat ini sangatlah tidak disukai banyak orang. Imagenya hancur karena penampilan dan sikap.
Apa salah gue? Apa yang bisa gue ubah? Cara gue berjalan memang seperti itu, sikap gue ke cowok emang begini, gue berusaha untuk nice ke semua orang, berusaha friendly sama semuanya, tapi kenapa pada salah paham sih?
Nessa nmendumel sendiri dalam hatinya. Rasanya perih dan ingin sekali ia menangis saat itu juga.

'''

“Nessa, ‘itu’ lo gede amat sih? Hahaha…”
“Main yuk Ness, ke rumah gue, ngobrol aja kok kita.”
“Gue duluan dong Ness.”
“Ayo neng Nessa, ‘main’ sama abang.”
Jerk.
Batin Nessa emosi, tapi ia masih menahan dirinya supaya tidak meledak dan masih berusaha tersenyum kepada mereka.
“Apa sih Bang? Norak deh, hahaha…” Nessa membalas candaannya. Ia tidak tahu bahwa candaan itu membuat para cowok semakin bernapsu.
Nessa yang sudah tidak tahan dengan ocehan mereka pergi meninggalkan mereka dengan marah. Ia berjalan dengan gusar. Hatinya bercamput aduk. Marah, malu, takut, bingung, kesal, sedih, semuanya bercampur aduk. Nessa tidak tahan dengan ini semua, rasanya ingin cepat bunuh diri atau apalah agar ia tidak dicemooh lagi.
            Bel pulang sekolah berbunyi, murid kelas Nessa berdesak-desakan mengantri pintu keluar kelas agar cepat pulang, termasuk Nessa. Tak urung jika banyak anak laki yang lagi-lagi kegirangan tersenggol ‘itu’nya Nessa. Nessa hanya diam saja menahan semua gejolak api.

'''

“Ness, kamu kenapa?” Tanya Mamanya melihat Nessa menangis tersedu-sedu di kamarnya. Nessa hanya menggeleng.
“Pasti masalah sekolah deh. Mama tau kok kamu pasti diolok-olok tentang penampilanmu dan sikapmu kan?” tebak Mamanya tepat sasaran. Nessa mendongak. Percuma saja ia menggeleng-geleng, ia lupa kalau Mamanya bisa membaca pikiran hanya dengan menyentuh kulit orang lain yang sayangnya saja tidak terdapat dalam darah Nessa.
“Nessa gak tau Ma, salah Nessa apa. Nessa kan cuman mau bersikap baik sama semua orang. Tapi Nessa malah dikatain jablay lah, dikatain jalang, perebut cowok, lain-lain, Nessa gak suka Ma, Nessa jadi jijik sendiri bawaannya. Nessa pengen mati aja,”
“Heh! Kamu ngomongnya? Kamu tau nggak sih, mereka tuh sirik sama kamu. Tau?!” Mamanya mulai emosi pada omongan Nessa tentang bunuh diri. Nessa geleng-geleng kepala.
“Kamu tau, Mama juga pernah seperti itu saat sekolah. Awalnya emang Mama ngerasa dibenci. Tapi pada akhirnya, Mama ngerti mereka sirik sama Mama. Sama penampilan, sikap, dan semuanya yang milik Mama! Mereka pengen kayak Mama. Harusnya, kamu bilang jujur sama mereka, kamu frontalin aja sekalian. Mereka sirik sama semua yang kamu punya. Kamu nggak akan pernah sadar itu kalau nggak Mama kasih tau. Kamu nggak boleh diam aja! Kemana harga diri kamu? Mau aja kamu diolok-olok sama mereka? Kamu gak perlu ganti ngolok-ngolok balik mereka, yang kamu perlu cuman ngebela harga diri kamu! Jangan mau harga dirimu dinjak-injak orang!” Mamanya menekankan nasihatnya penuh emosi. Ia merasa Nessa tidak bisa berpikir dewasa dan tidak mengerti apa yang harus dilakukannya.
Nessa tambah menangis, ia memang merasa bodoh dan pecundang. Benar kata Mamanya, harga dirinya tidak boleh diinjak-injak. Ia harus bangkit dan melawan.
“Hidup itu seperti roda yang berputar, kadang kita di atas, tapi kadang juga kita di bawah. Dan bukan berarti saat kamu berada di roda bawah, kamu diam saja, terpuruk dan mengasihani diri sendiri. Kamu harus ingat, bahwa setiap kamu jatuh, kamu akan bangkit lagi, bahwa setiap kamu dihina, kamu harus melawan, bahwa setiap kamu diinjak, kamu akan tahu apa yang akan kamu lakukan. Seperti sekarang ini. Gak ada artinya kalau kamu menangis, menyesali diri sendiri, terpuruk dan bahkan kamu bilang kamu ingin bunuh diri? Lebih baik kamu memperbaiki diri, menyiapkan strategi, bersikap dewasa dan mengerti. Tahu?” Mamanya mulai reda, Nessa juga sudah mulai mengerti.
“Yasudah, besok kalau terjadi hal itu lagi, kamu tau kana pa yang akan kamu lakukan?” Nessa mengangguk sambil menghapus air matanya dengan tissue. Mamanya tersenyum puas karena tahu anaknya akan melakukan hal yang baik.
“Oke, yaudah jangan nangis, Mama mau ke dapur bikin kue sama Bibi. Inget ya, kamu harus bangkit,” lalu Mamanya melenggang pergi keluar dapur.

'''

            Bel pulang berbunyi, Nessa segera bangkit dari kursinya untuk pergi ke kantin sebentar bersama sahabatnya, Ica. Sebelum Nessa keluar kelas, Dhani, cewek berkacamata yang kemarin membicarakan Nessa dari belakang, menghampirinya.
“Ness, bentar deh, gue pengen ngomong sama lo,” ajak Dhani malas bersama teman segenknya. Ia memutar bola matanya bergaya bak pentolan.
Dada Nessa berdebar kencang. Ia tahu apa yang akan di bicarakan Dhani saat ini.
“Ness, gue duluan langsung pulang aja ya?” bisik Ica takut. Nessa mengangkat jempol kanannya.
Lalu Nessa berjalan mengikuti Dhani dan genknya menuju kamarmandi perempuan.
 “Ada apa ya?” Nessa membuka percakapan dengan ramah.
“Ness, lo ati-ati dong jadi cewek! Lo tuh udah mencemarkan nama baik tau gak?” semprot Dhani tanpa basa-basi.
“Lo tuh menjijikan! Lo jadi cewek yang bener dong! Mamer-mamerin aurat aja! Genit lagi lo sama cowok! Tau diri gak sih lo??!!! Bitch!” Semprot lainnya.
“Eh Blay, denger ya! Lo udah mencemarkan reputasi sekolah! Lo tuh dibenci sama semua orang, nyadar dong! Lo tuh nggak tau posisi lo di sini tuh kayak apa. Gue kasih tau ya, posisi lo di sekolah ini, sebagai cewek kampungan, gak tau diri, perebut cowok, genit, centil, tukang mamerin aurat!” Cewek lainnya ikut menimpali.
“Ngomong Blay! Kicep lo? Hahahaha…”
Nessa menarik napas dalam-dalam untuk ancang-ancang, lalu menghmbuskannya kencang. Hembusannya sedikit bergetar, bertanda ia ingin menangis.
“Maaf sebelumnya, kalau gue lancang. Tapi di sini, di sekolah ini, gue cuman mencari ilmu. Di sisi lain gue emang nyari teman, untuk pergaulan gue, tapi kalian salah paham! Gue sakit hati lo bilang Jablay! Gue sakit hati lo katain gue cewek centil, genit, gak tau diri, perebut cowok orang, kampungan dan sebagainya. ELO YANG GAK TAU DIRI, KAMPUNGAN, CENTIL, DAN GENIT!!!! SATU LAGI, GUE TAU LO SEMUA SIRIK SAMA GUE! GUE TAU LO PENGEN PUNYA SEMUA YANG GUE PUNYA!! Denger ya, lo semua yang gak tau diri! LO YANG GAK PUNYA ETIKA NGATA-NGATAIN ORANG SEMBARANGAN PADAHAL LO SENDIRI BELOM NGACA, BELOM NYADAR!!”
“EH DENGER YA!! GUE NGGAK AKAN MAU HARGA DIRI GUE DIINJAK-INJAK SAMA LO-LO SEMUA! LO KIRA GUE SIAPA? HAAAHH??!! LO KIRA LO-LO JUGA SIAPA? PENTOLAN? ANAK JENDRAL? ANAK PRESIDEN AMRIK? ANAK RAJA?!”
“KURANG AJAR LO NESS!!!!”
PLAAK!
“LO BOLEH TAMPAR GUE LAGI DHAN! SAMPE LO PUASSSSS!!! TONJOK GUE, TONJOK GUE SAMPE GUE MATI! BUNUH GUE KALO LO GAK SUKA SAMA GUE! BIAR LO SEMUA SENENG GUE MATI BIAR GAK ADA YANG GANGGUIN COWOK LO-LO LAGI!! “
PLAK!! PLAK!!!
“AYO LAGI!!! SAMPE PUAS! SAMPE BP TAU!! SAMPE SEMUA ORANG TAUU! BIAR SEMUA ORANG TAU KALO MALAH REPUTASI LO YANG JADI ANCUR KARENA UDAH NUDUH-NUDUH DAN NYIKSA-NYIKSA GUE!!”
“YOU JERK NESSAAAAA!!!”
Lalu mereka semua menjambak, menendang-nendang Nessa, menampar, dan memukul-mukul Nessa sesuai perintah Nessa, sampai Nessa terkulai lemas di lantai dan babak belur. Ia memgangi pipinya yang biru, dan kepalanya yang dijambak-jambak.
“Puas lo semua?...” Nessa mulai lemas.
“Puas, puas banget Ness.”
“Brengsek,” sumpah Nessa
“Siapa? Elo? Hahaha…” lalu genk Dhani tertawa bersama.
“Iya. Iya gue yang brengsek. Gue brengsek karena udah ngebiarin image gue disirikin sama orang. Gue kasihan jadinya sama orang yang sirik sama gue, heh,” Nessa tersenyum licik.
BUK!! Jotos Nadia salah satu anggota genk Dhani. Nessa tersungkur lagi.
“Jelek banget lo Ness,” lalu genk itu tergelak lagi.
“Hah? Gue jelek? Yakin? Bukannya eloh? Elo kali. Buktinya, cowok-cowok lo aja pada demen sama gue, hahaha.”
“JAGA MULUT LO!!!” teriak Dina tidak tahan.
“Ups… keceplosan ya emang?” Nessa tertawa lalu bangkit. Nyawanya mulai terkumpul lagi.
“Bisa apa lo pake berdiri segala? Heh…” Dani buang muka.
BUK!!! Tau-tau kerah Dhanisudah dicengkram erat oleh Nessa. Diangkatnya Dhani dan di dorongnya ke tembok dengan kencang.
“Eh Blay! Denger, gue tau lo sirik, AYO NGAKU!!! GUE TAU LO SIRIK SAMA PENAMPILAN GUEE!!!!! GUE DISINI BERLAKU BAIK NYET! JANGAN SALAH PAHAM DOONGG!!!! GAK TAU MANA YANG SALAH MANA YANG BENAR YAA??!!! HATI-HATI LO SEKARANG SAMA GUE, MUNGKIN GUE KURANG SADIS MEMPERLAKUKAN LO SEPERTI INI, TAPI GUE TAU, Dia AKAN BALES APA YANG LO PERBUAT DAN LO BAKAL SADAR!! DENGER ITU DHAAANN!!!” Lalu Nessa menghempaskan Dhani dengan marah. Sebelumnya, teman-temang se-genk Dhani telah mencegah Nessa, tapi Nessa lebih cerdik.
“LO SEMUA JUGA!!!! LIAT NANTI!” Sumpah Nessa emosi besar lalu keluar meninggalkan mereka semua yang sedang tercengang melihat perubahan Nessa barusan.
Untung gue jago beladiri, jadi sakitnya biasa aja. Hahaha… perempuan pecundang. Heh.
Batin Nessa sambil menertawai genk Dhani.
'''

“Kamu kenapa Ness?” Tanya Mamanya sambil mengelus kepala Nessa saat Nessa sampai rumah dengan muka penh biru dan berjalan bak orang mabuk.
Mama Nessa jelas langsung tahu apa yang sudah Nessa lakukan.

'''

“Ness, muka lo kenapa?” Tanya Ica khawatir saat Nessa masuk kelas dengan muka bonyok.
“Biasa, dijotosin sama pecundang. Hahahaha…” Nessa tertawa sambil melirik kea rah Dhani. Terlihat Dhani sangat panas disindir oleh Nessa. Ica mengikuti lirikan mata Nessa dengan pandangan membunuh.
“Diemin aja Ness,” saran Ica cemas.
“Woles aja, gue bisa jaga diri kok,” Nessa menenangkan sahabatnya. Ica melirik sekali lagi ke arah Dhani. Dhani hanya diam saja.
            Tiba-tiba saja, orang-orang langsung berkerumun di meja Nessa menanyakan apa yang terjadi. Nessa tidak mau menceritakannya, dia hanya menjawab hal yang sama seperti jawabannya pada Ica tadi. Ternyata, salah satu dari mereka ada yang tahu kejadiannya karena tidak sengaja mendengar teriakan-teriakan emosi dari kamar mandi cewek. Lama-lama, menyebarlah berita tersebut dari orang lain, ke lainnya lagi. Sampai pada akhirnya terdengar ke penjuru sekolah termasuk guru-guru. Nessa, Dhani dan genknya pun di panggil. Dhani dan genknya dinyatakan bersalah dan di skors selama seminggu.

'''

            Ica sedang membaca buku di perpustakaan bersama Nessa dan Fani. Lalu mereka melihat Dhani dan genknya berjalan melewati perpustakaan. Sepertinya mereka akan menuju kelasnya masing-masing. Nessa tersenyum licik.
Mampus lo…
Batin Nessa sambil tersenyum. Ica dan Fani ikut tersenyum licik. Akhirnya, mereka menang.

'''

"...You can take everything I have
You can break everything I am
Like I'm made of glass
Like I'm made of paper
Go on and try to tear me down
I will be rising from the ground
Like a skyscraper
Like a skyscraper..." (Skyscraper-Demi Lovato)